What is Brainspotting ?
Sekilas tentang Brainspotting
Brainspotting (BSP) adalah psikoterapi yang ditemukan pada tahun 2003 oleh David Grand, Ph.D dari Amerika Serikat. Bekerja secara neurobiologis dengan menemukan, memproses, dan melepaskan pengalaman negatif atau berbagai masalah emosi, trauma, dan disosiasi, yang berada di luar area kesadaran, kognitif dan bahasa. Dengan kata lain, Brainspotting mengakses bawah sadar seseorang.
Memiliki tagline “WHERE YOU LOOK AFFECTS HOW YOU FEEL” Brainspotting dilakukan melalui area bidang penglihatan, sehingga dapat menjadi alternatif bagi pendekatan talk therapy (yang mengandalkan kata-kata) ataupun bagi klien/pasien yang tidak ingin menceritakan masalahnya secara detail. Menggunakan prinsip dual attunement sehingga membuat klien/pasien lebih nyaman dalam proses terapi.
Brainspotting telah tersebar di berbagai negara, seperti Amerika, Australia, Jepang, Cina, Eropa, Inggris, Mexico, Afrika Selatan, Brazil, Cina, termasuk Indonesia.
Bagaimana Brainspotting Bekerja?
Brainspotting bekerja di otak dan tubuh dengan mengakses langsung sistem otonom dan limbik pada sistem saraf pusat tubuh melalui “Brainspot”. Kondisi ini menimbulkan adanya konsekuensi psikologis, emosional, dan fisik yang mendalam.
“Brainspot” adalah posisi mata yang berkaitan dengan aktivasi energetik/emosional dari trauma atau masalah emosi yang tersimpan diotak, terutama di amigdala, hipokampus, atau korteks orbitofrontal dari sistem limbik. Ketika brainspot terstimulasi, otak kemudian mengirimkan sinyal refleks yang terjadi tanpa disadari oleh klien/pasien. Ada banyak jenis refleks yang terjadi, seperti mata yang berkedut, membeku, berkedip, pupil melebar atau menyempit, perubahan raut wajah, alis berkerut, berbagai respon tubuh
seperti menghirup, menelan, menguap, batuk, menganggukan kepala, gerakan tangan atau kaki dan pergeseran tubuh. Refleks dari ekspresi wajah merupakan indikator kuat dari brainspot.
Respon-respon reflektif tersebut merupakan pengalaman somatosensori dari masalah emosional, trauma ataupun somatik, dan menjadi indikasi bahwa brainspot telah ditemukan dan diaktifkan. Brainspot kemudian diakses dan dirangsang dengan menjaga posisi mata klien/pasien, sementara klien/pasien diminta untuk fokus terhadap pengalaman sensori somatik/gejala/masalah yang dialami selama proses terapi. Mempertahankan posisi mata/brainspot dan berfokus pada apa yang dirasakan tubuh terhadap masalah yang dialami, menstimulasi terjadinya integrasi dan proses penyembuhan di dalam otak. Dengan kata lain, Brainspotting merangsang dan mengaktifkan kapasitas tubuh klien/pasien untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Brainspotting dapat dilakukan dengan menggunakan Biolateral Sound, sehingga proses menjadi lebih kuat dan efektif. Biolateral sound dapat meningkatkan kemampuan proses otak, dengan merangsang setiap belahan otak secara bergantian. Biolateral sound membantu proses penyembuhan dengan merangsang otak melalui saraf pendengaran, dimana gendang telinga digetarkan secara bilateral. Brainspotting juga dapat diintegrasikan dengan pendekatan psikologi maupun pendekatan somatik lainnya, serta dapat digunakan sebagai pelengkap dari berbagai terapi fisik, seperti bodywork, chiropractic, akupunktur, terapi somatik, terapi fisik, kedokteran, dan pendekatan lainnya.
Manfaat Brainspotting
Brainspotting dapat menjadi metode yang efektif dan efisien untuk berbagai masalah emosi, trauma, serta meningkatkan performa dan kreativitas, seperti :